Talkshow Kebangsaan: Peran Gen Z dalam Mencegah Radikalisme dan Terorisme

Surabaya, 28 Agustus 2024 – Gedung Psikologi Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menjadi saksi gelaran Talkshow Kebangsaan bertema "Peran Gen Z dalam Mencegah Radikalisme dan Terorisme". Acara ini menghadirkan beberapa tokoh penting, di antaranya Mayor Jenderal TNI Rudi Widodo selaku Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Jajaran Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Dr. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd. selaku Wakil Rektor II Bidang Hukum, Ketatalaksanaan, Keuangan, Sumber Daya dan Usaha UNESA, Dr. LIstiono Santoso, M.Hum. selaku Wakil Dekan 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Dr. Muhammad Sholeh, S.Pd., M.Pd. selaku Direktur Kemahasiswaan dan Alumni UNESA, dan Tim Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis (PPIS) UNESA.
Talkshow ini menggarisbawahi urgensi peran generasi Z dalam menangkal paham radikal dan terorisme yang kian merambah melalui dunia maya. Dimulai dengan paparan dari perwakilan BNPT yang menekankan bahwa radikalisme seringkali berawal dari sikap intoleransi yang ditanamkan melalui doktrinasi. Menurutnya, intoleransi dapat memunculkan generasi yang minus nilai-nilai kebangsaan, sehingga penting bagi Gen Z untuk memiliki daya kritis yang kuat dalam menyikapi berbagai informasi yang beredar di dunia maya.

Wakil Dekan 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Dr. LIstiono Santoso, M.Hum, dalam kesempatan yang sama, menyampaikan bahwa lulusan sarjana harus memiliki kemampuan intelektualitas yang tinggi dan tidak sepatutnya terjebak dalam narasi radikalisme dan rasisme. "Musuh Pancasila bukan hanya radikalisme, tetapi juga liberalisme dan sekularisme," tambahnya.
Dalam sesi diskusi, dibahas bahwa radikalisme adalah sikap, sementara intoleransi adalah cara berpikir yang bisa menjadi akar dari tindakan radikal. Seiring dengan penyebaran radikalisme yang semakin mudah melalui dunia maya, fenomena "nomophobia" (ketakutan akan kehilangan akses ke perangkat komunikasi) dianggap sebagai salah satu faktor yang membuat Gen Z lebih rentan terhadap pengaruh radikalisme.
Menghadapi tantangan ini, BNPT memaparkan strategi pencegahan radikalisme yang tidak hanya relevan bagi generasi Z, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Beberapa program strategis yang diusulkan meliputi:
1. Pemberdayaan perempuan, remaja, dan anak melalui program FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme).
2. Program deradikalisasi yang fokus pada pemulihan pemahaman individu yang terpapar radikalisme.
3. Kontra narasi atau upaya penyebaran ideologi yang bertentangan dengan paham radikal.
Acara ini diakhiri dengan pesan penting untuk mengajak seluruh peserta, khususnya mahasiswa agar aktif berpartisipasi dalam program-program pencegahan radikalisme. Dengan berlangsungnya acara ini, diharapkan Gen Z semakin waspada dan kritis dalam menyikapi pengaruh radikalisme, serta terus mengedepankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, peran Gen Z sangatlah vital dalam menjaga keutuhan bangsa.
Mari kita terus berjuang melawan segala bentuk paham yang mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia!
Share It On: