Pendidikan Moderasi Beragama: Menanamkan Nilai Toleransi dan Anti Kekerasan di Kalangan Mahasiswa

Surabaya, 12 Desember 2024 – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan Seminar Pendidikan Moderasi Beragama dengan tema “Membangun Generasi Cerdas, Toleran, Anti Kekerasan, dan Beradab di Lingkup Perguruan Tinggi” pada Kamis, 12 Desember 2024. Kegiatan ini berlangsung secara hybrid, bertempat di Auditorium Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK), Gedung U1 Unesa, dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Official Unesa. Seminar ini menjadi bagian dari upaya universitas untuk membangun pemahaman agama yang inklusif dan memperkuat karakter mahasiswa dalam menghadapi isu-isu keberagaman.
Acara diawali dengan prosesi pembukaan yang khidmat, diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Unesa. Wakil Rektor 1 Unesa, Prof. Dr. Madlazim, M.Si., hadir membuka seminar secara resmi. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa moderasi beragama harus dimulai dari lingkungan kampus sebagai ruang pembelajaran, diskusi, dan pengembangan diri mahasiswa. "Lingkungan perguruan tinggi merupakan wadah strategis untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya berprestasi secara akademik tetapi juga memiliki pemahaman agama yang moderat dan sikap toleran," ujar Prof. Madlazim.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama RI, Dr. Munir, S.Ag., M.A., yang hadir secara daring. Dalam pesannya, Dr. Munir menyampaikan urgensi moderasi beragama sebagai fondasi dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman. "Moderasi beragama bukan hanya sekadar konsep, tetapi harus menjadi praktik nyata yang tercermin dalam perilaku sehari-hari mahasiswa sebagai agen perubahan," tegasnya.
Seminar ini menghadirkan tiga narasumber terkemuka yang memberikan pemaparan mendalam terkait pentingnya moderasi beragama di lingkup perguruan tinggi. Pertama, ada Prof. Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag., M.Fil. dari Universitas Negeri Malang yang membuka sesi dengan membahas pentingnya peran pendidikan agama dalam membangun pemahaman moderat di kalangan mahasiswa. Ia menekankan bahwa moderasi beragama bukanlah bentuk kompromi terhadap ajaran agama, melainkan cara untuk memahami agama secara lebih inklusif dan relevan dengan dinamika kehidupan.
Narasumber kedua adalah Prof. Dr. Muhammad Turhan Yani, M.A., Kepala LPPM Unesa. Dalam pemaparannya, Prof. Turhan melanjutkan topik tentang toleransi dan pentingnya menolak kekerasan dalam berbagai bentuk, terutama di lingkungan kampus. Menurutnya, sikap toleran bukan hanya menjadi simbol, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sosial mahasiswa.
Sesi pemaparan materi ditutup oleh narasumber ketiga, yaitu Prof. Dr. Mutimmatul Faidah, S.Ag., M.Ag., Direktur PPIS Unesa. Prof. Mutim menjelaskan peran strategis perguruan tinggi dalam membangun generasi yang beradab. Ia menyoroti pentingnya etika dan moralitas dalam kehidupan akademik dan sosial mahasiswa sebagai cerminan moderasi beragama. Prof. Mutim juga menutup sesi seminar ini dengan bersuka ria, bernyanyi bersama lagu nasional untuk membangkitkan rasa cinta tanah air kepada Indonesia.
Dipandu oleh moderator Kholida Ulfi Mubaroka, S.Sos., M.Sos., sesi diskusi berjalan dinamis dan interaktif. Peserta seminar menunjukkan antusiasme tinggi dengan mengajukan pertanyaan yang relevan, seperti tantangan dalam mempraktikkan moderasi beragama di tengah pengaruh media sosial dan radikalisme. Jawaban dari para narasumber memberikan wawasan praktis yang aplikatif, sehingga peserta mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.

Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 250 peserta dari kalangan mahasiswa dan juga dosen PAI Unesa. Tidak hanya memberikan wawasan teoretis, acara ini juga menjadi momen refleksi penting bagi civitas akademika Unesa untuk terus memperjuangkan nilai-nilai toleransi, anti kekerasan, dan beradab dalam setiap aspek kehidupan.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah nyata dalam membangun generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam menyikapi keberagaman, memiliki sikap toleransi yang kuat, serta mampu menolak kekerasan dalam bentuk apa pun. Sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Madlazim, "Moderasi beragama adalah jalan tengah yang menjadi fondasi kuat untuk membangun bangsa yang damai, sejahtera, dan berkeadilan."
Seminar ini ditutup dengan pesan optimisme dari para narasumber dan ajakan untuk terus memperjuangkan nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari. Universitas Negeri Surabaya kembali menunjukkan komitmennya untuk menciptakan generasi muda yang siap menjadi agen perubahan yang berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Share It On: