Anak Muda Harus Bisa Memilih Pemimpin Berintegritas

Populasi pemilih pemuda yang terdiri dari generasi Milenial dan generasi Z, berjumlah 56,4 persen dari seluruh total pemilih yang bisa memberikan hak suaranya dalam Pemilu maupun Pilkada. Oleh karena itu, pemilih muda dalam proses demokrasi memiliki peran penting untuk menentukan masa depan pemerintahan, baik di tingkat nasional dan daerah.
Hal itulah yang disampaikan oleh Silkania Swarizona dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Indonesia Corruption Watch (ICW) dengan tema "Partisipasi Pemilih Muda untuk Memilih Kandidat Berintegritas", Rabu (25/09/2024) di ruang Auditorium T14, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNESA.
“Pemilih pemuda berperan signifikan dalam demografi pemilih. Pemuda membawa perspektif baru dan inovatif untuk kebijakan masa depan. Partisipasi aktif pemilih muda dapat memperkuat legitimasi demokrasi dan integritas proses politik.” tutur dosen politik Unesa tersebut.
Pemimpin yang berintegritas, lanjut Silkania harus memiliki transparansi dan kejujuran dalam menyampaikan visi misinya, rekam jejak bersih dari kasus korupsi, memiliki komitmen memperjuangkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi dan golongan, memiliki sikap aktif dalam keterlibatan penguatan sistem demokrasi dan penegakan hukum. “Minimal keempat hal itu harus dimiliki oleh setiap calon yang berkontestasi dalam pemilu dan pemilukada.” ujarnya.
Selain itu, pemuda harus menjadi idealis untuk mencari informasi dalam menentukan masa depan yang lebih baik bagi negeri. Berdasarkan hasil kajian litbang Kemendagri tahun 2015, biaya yang dibutuhkan untuk mencalonkan bupati/walikota dan gubernur berkisar 20-100 miliar. Hal itu disebabkan oleh adanya politik uang dalam bentuk mahar (nomination buying) dan jual beli suara (vote buying).
Share It On: