Ngabuburit Bareng PPIS Unesa: Fikih Jatuh Cinta dalam Perspektif Islam

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melalui Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis (PPIS) kembali menghadirkan program ‘Ngabuburit Bareng PPIS’ yang mengupas berbagai isu aktual dalam perspektif Islam selama bulan Ramadhan. Program ini disiarkan melalui kanal YouTube Official Unesa dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta ketakwaan kepada Allah SWT.
Pada episode pertama yang tayang pada Selasa, 4 Maret 2025, program ini mengangkat tema ‘Fikih Jatuh Cinta.’ Tema tersebut dibahas oleh guru besar ilmu keislaman bidang tata rias, Mutimmatul Faidah. Dalam pemaparannya, ia menegaskan bahwa cinta sering kali dianggap sebagai godaan terbesar. Namun, dalam Islam, cinta bukanlah sesuatu yang negatif, melainkan anugerah luar biasa yang dapat membawa seseorang semakin dekat dengan Allah SWT.
Cinta, menurutnya, merupakan naluri dasar yang melekat dalam diri manusia sejak lahir. Selama berada dalam koridor yang dianjurkan agama, cinta tetap menjadi anugerah. Misalnya, cinta antara orang tua dan anak, suami dan istri, serta umat terhadap nabi dan Tuhan. Namun, cinta juga dapat ternodai oleh hawa nafsu, yang menjadikannya bukan lagi perasaan kasih sayang, melainkan dorongan untuk menguasai dan mengekang.
“Ketika cinta berubah menjadi keinginan untuk menguasai secara fisik maupun psikis, maka muncullah toxic relationship,” jelas Mutimmatul Faidah yang juga merupakan Direktur PPIS Unesa.
Ia menekankan bahwa cinta yang fitrah tidak akan merugikan siapa pun. Sebaliknya, cinta sejati akan menghadirkan rasa hormat dan menjaga kehormatan masing-masing pihak. Islam sendiri menegaskan bahwa ekspresi cinta antara laki-laki dan perempuan diwajibkan melalui ikatan pernikahan.
Dalam Islam, cinta tidak hanya sebatas perasaan, tetapi juga diwujudkan dalam bentuk perhatian, pengorbanan, apresiasi, dan dukungan. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki prinsip dalam menjaga kehormatan diri. “Kita sebagai perempuan atau laki-laki harus berani mengatakan, ‘Jangan sentuh aku, karena tubuhku adalah kehormatanku,’” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti fenomena pacaran yang sering kali menjadi jalan bagi hubungan tanpa batas. Dalam banyak kasus, hubungan tersebut berujung pada pemaksaan, eksploitasi, dan ancaman. “Atas nama cinta, seseorang bisa memaksa pasangannya untuk melakukan sesuatu yang tidak senonoh, seperti meminta foto atau video. Ini bukan cinta, tetapi hawa nafsu,” tegasnya.
Program ‘Ngabuburit Bareng PPIS’ ini diharapkan dapat menjadi wadah diskusi bagi mahasiswa dan masyarakat dalam memahami isu-isu kekinian dari sudut pandang Islam. Dengan pendekatan yang relevan, program ini diharapkan mampu membangun kesadaran tentang pentingnya menjaga nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam memahami makna cinta yang sesungguhnya.
Share It On: